Daftar Blog Saya

Senin, 13 Juni 2011

Harmonisasi Konsep dan Denah Oktagonal

Gereja Santa Maria Immaculata Tabanan

Gede Mugi Raharja





Sebuah Gereja dengan denah bangunan mendekati segi delapan yang berdiri di Jalan Singosari 3 A Tabanan, telah mencoba menuangkan konsep keterbukaan dan keharmonisan dalam rancangannya. Gereja ini adalah sebuah gereja Katolik, dengan nama Santa Maria Immaculata, Tabanan. Gereja ini telah berdiri sejak 8 Desember 1969, merupakan pemekaran Gereja Katolik Tri Tunggal Maha Kudus Tuka, Badung. Karena keterbatasan ruang, beberapa ruang yang ada pada bangunan gereja yang menghadap ke arah utara ini, digunakan untuk beberapa kegiatan. Gubahan rancang-bangun gereja yang mendekati bentuk segi delapan ini memberikan keunikan tersendiri, karena jarang ada gereja dengan denah oktagonal di Indonesia, khususnya di Bali.

GEREJA ini telah dibangun sudah cukup lama. Namun, Prof. Dr. Sulistyawati, M.Sc, sebagai arsitek gereja ini masih ingat, bahwa gereja ini dirancang dengan konsep terbuka, berkesan alami, dengan tujuan tetap berpedoman pada tuntutan fungsi, untuk mencapai keseimbangan harmonis dan beradaptasi secara komunikatif dengan lingkungan (Bali) setempat. Konsep terbuka mencerminkan sikap yang memperhatikan aspek manusiawi, dengan menerima seluruh umat tanpa membeda-bedakan dari mana ia berasal. Konsep terbuka juga merupakan konsep yang memperhatikan aspek lingkungan di mana gereja di bangun, sehingga diwujudkan dalam rancang-bangun yang terbuka ke semua arah.

Gubahan rancang-bangun gereja yang mendekati bentuk segi delapan ini justru memberikan keunikan tersendiri, karena jarang ada gereja dengan denah oktagonal di Indonesia, khususnya di Bali. Gubahan rancang bangun denah oktagonal gereja ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya memasukkan simbol salib suci ke dalam bentuk dasar rancang bangunnya. Simbol salib yang dikembangkan ke dalam denah, merupakan pengembangan bentuk salib sama sisi yang banyak dikembangkan dalam gubahan bentuk gereja Yunani. Dengan denah berbentuk oktagonal ini, maka akan dicapai keseimbangan yang simetris secara vertikal maupun horisontal. Keseimbangan bentuk ini dapat diasumsikan setara dengan konsep "terbuka" rancang bangun Gereja Immaculatadi Tabanan, untuk mencapai keseimbangan harmonis dan beradaptasi secara komunikatif dengan lingkungannya.

Dalam sejarah arsitektur gereja, bangunan gereja dengan bentuk dasar salib Yunani mulai dikembangkan di Kerajaan Romawi Timur, yang beribukota Bisantium. Setelah agama Kristen resmi menjadi agama negara di Kerajaan Romawi timur, semula memanfaatkan gedung Pengadilan (Basilika) Romawi yang tidak terpakai. Basilika Konstantin dapat disebut sebagai cikal-bakal bangunan gereja.

Dalam perkembangannya kemudian, rancang-bangun gereja mengambil bentuk dasar salib sama sisi Yunani. Hal ini dapat dilihat pada bentuk dasar Gereja Hagia Sophia, yang dibangun Kaisar Konstantin (326 M) di Konstantinopel. Tetapi kemudian Gereja Hagia Sophia dipugardan dikembangkan dengan konsep baru saat masa pemerintahan Kaisar Justianus (527-565) dibantu arsitek Isodorus dari Milete dan Anthemius dari Tralles. Dalam konsep barunya, gereja ini kemudian dilengkapi kubah di bagian tengah denahnya, setelah orang-orang Binsantium mengenal kubah dari orang-orang muslim Suriah dan Persia. Kemudian setelah orang-orang Turki menguasai Bisantium pada abad ke-11, Gereja Hagia Sophia kemudian diambil alih menjadi masjid pada 1433. Gereja lain yang mengambil bentuk dasar salib Yunani adalah Gereja St. Vitale (526-547) di Revenna, Italia.
Tipe-tipe denah gereja segi delapan yang dikembangkan pada gereja Kristen Baptis kuno di masa Kerajaan Romawi timur (Bisantium) orientasinya ke dalam. Tipe pertama gubahan ruang dalamnya memperlihatkan relung-relung pada dinding, yang mirip bentuk permandian Romawi Albegia di Italia. Tipe kedua gubahan ruang dalamnya, dilengkapi pilar-pilar melingkar di bagian tengah, sejajar titik-titik sudut segi delapan bangunannya. Tipe ketiga memperlihatkan relung persegi berselang-seling dengan relung setengah lingkaran. Tipe keempat memperlihatkan denah segi delapan dengan relung setengah lingkaran.
Universal
 

Denah dasar gereja Katolik, banyak diambil dari bentuk salib, yang merupakan simbol sakral dari keyakinan Kristiani. Simbol ini diambil dari "kejadian penyaliban" Yesus. Simbol salib bagi umat Kristiani adalah tanda penyelamatan dan kasih sayang Ilahi yang tak terhingga, sehingga umat Kristiani bangga akan Salib Kristus. Salib sebagai bahasa simbol, memang sangat diperlukan untuk mengungkapkan masalah-masalah keimanan. Hal-hal yang bersifat misteri dalam keimanan memang memerlukan tanda-tanda pengenal untuk dapat menumbuhkan keyakinan seseorang.

Dari bentuk dasarnya, salib merupakan tanda yang bersifat universal. Bentuk dasar dari salib adalah persilangan garis. Persilangan garis yang bermakna "positif" ini dapat disetarakan dengan tanda tapak dara dalam keyakinan Hindu di Bali. Tanda tapak dara itu sendiri merupakan bentuk dasar dari swastika, simbol agama Hindu. Dalam konsep ruang, persilangan ini disebut catuspatha atau pempatan agung. Di persilangan garis atau jalan yang disebut pempatan agung inilah umat Hindu di Bali melakukan upacara kurban suci setiap tahun sebelum Hari Raya Nyepi untuk mengembalikan keharmonisan alam ketatanan yang harmonis.
Pengembangan bentuk salib sama sisi Yunani menjadi bentuk segi delapan atau oktagon, juga dapat disetarakan dengan bentuk astha dala dalam keyakinan Hindu di Bali. Astha dala dalam keyakinan Hindu di Bali, merupakan bentuk delapan helai daun teratai, yang merupakan simbol suci sthana Tuhan di delapan penjuru mata angin.

Dengan demikian, dalam kaitannya dengan perwujudan Gereja Santa Maria Immaculata di Tabanan dengan denah oktagonal, maka ada keharmonisan antara konsep gereja ini dengan konsep tradisional Hindu di Bali, baik dalam konsep simbol salib maupun bentuk oktagonal denah gereja. Keduanya memiliki kesamaan dalam memvisualkan simbol Ketuhanan dan konsep untuk menciptakan keharmonisan antarsesama dan lingkungan, sehingga mencapai keharmonisan yang universal antara umat dengan Tuhannya.

Adanya pengembangan gereja dengan bentuk oktagonal seperti di Gereja Santa Maria Immaculata, atau gereja dalam bentuk rancang-bangun arsitektural lainnya, dapat dilakukan. Hal ini merupakan pengembangan bentuk setelah adanya penerjemahan dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II telah membawa nafas baru dalam pengembangan iman Kristiani, termasuk pada pengembangan bentuk arsitektural gereja terhadap lingkungannya.
Jadi, penyetaraan konsep arsitektur gereja dengan lingkungan sosial budaya masyarakat dimana gereja itu didirikan tidak menyalahi ajaran Kristiani. Apalagi kalau dikaji falsafah yang diterapkan dalam konsep gereja tersebut, ternyata ada kesetaraan dalam tanda-tanda simbolik kebesaran Tuhan dan dalam tujuannya untuk menciptakan keharmonisan antara umat dengan Tuhannya, keharmonisan antarsesama umat manusia dan menjaga keharmonisan tatanan alam.---Bali Post/Minggu, 28 Desember 2003
_____________________

1 komentar:

  1. The Star-Spangled Star-Spangled Star-Spangled Star-Spangled Star-Spangled Star
    JT Marriott International's "Star Spangled 삼척 출장마사지 Star-Spangled Star-Spangled Star-Spangled Star-Spangled 전라북도 출장샵 Star-Spangled Star-Spangled 대전광역 출장안마 Star-Spangled Star-Spangled Star-Spangled 나주 출장안마 Star-Spangled 의정부 출장마사지

    BalasHapus